Kasus Pelecehan Seksual pada Anak yang Menyayat Hati
Dunia pendidikan kembali digemparkan oleh peristiwa yang sangat menyedihkan. Setelah ramai perbincangan pro kontra Ujian Nasional yang tidak ada kesudahannya, bukan prestasi yang dihadiahkan di hari pendidikan nasional, tapi justeru luka dan persoalan baru. Kasus pelecehan seksual terhadap anak.
Melihat berita kasus yang terjadi di JIS, aku sebagai orang tua dan juga praktisi dalam dunia pendidikan tentu mengelus dada, diantara sedih dan marah dengan kejadian ini. Inikah proses dan produk pendidikan di negeri ini? Apa dan bagian mana lagi yang sudah aus dan perlu diganti atau diperbaiki?
Belum lagi kasus ini selesai diatasi, para orang tua dan guru kembali dikejutkan dengan kasus emon yang menelan korban hingga seratus lebih anak, masih dalam kasus yang sama, pelecehan seksual terhadap anak.
Aku sungguh tidak mengerti, harus bagaimana melihat persoalan ini. Rasanya ada sesuatu yang tercekat di tenggorokan dan ada sesuatu yang berat yang menyesakkan dada. Penuh, berat dan sakit. Apalagi membayangkan perasaan orang tua korban, sungguh sakit hati ini.
Tapi yang paling dirugikan adalah anak anak yang menjadi kprban. Trauma psikologis, fisik dan mentalitas anak jelas tidak bisa dianggap remeh. Ini mengenai masa depan anak, masa depan masyarakat dan masa depan bangsa. Tidakkah sering kita mendengar bahwa pelaku kejahatan seksual seperti ini sering mengaku bahwa dirinya dulu adalah korban. Ini bukan sekali dua kali pengakuan seperti ini. Lantas apakah kita akan membiarkan kejadian seperti ini akan terulang lagi? Tentu tidak.
Hal yang paling penting saat ini selain memberikan hukuman yang seberat beratnya para pelaku, juga yangvtak kalah penting adalah recovery para korban. Recovery korban ini perlu dan segera dilakukan. Ini butuh keterlibatan pihak pihak terkait, baik iti psikolog, psikiater, dokter, guru, ustadz,dan orang tua. Dan tentu orang orang terdekat serta seluruh komponen masyaralat harus memberikan dukungan dan perhatian khusus agar mereka tidak merasa rapuh porak poranda. Agar anak anak melupakan itu dan menatap masa depan. Agar anak anak kembali percaya diri. Dan juga pulih kembali kesehatan fisik dan mentalnya.
Saat ini, selain prihatin dan turut berduka atas kasus ini, aku berdoa agar para orang tua korban diberikan kekuatan dan kesabaran dalamenghadapi masalah tersebut. Juga buat adik adikku ,, semoga kalian tetap kuat. Kami selalu mendoakanmu yang terbaik.
Melihat berita kasus yang terjadi di JIS, aku sebagai orang tua dan juga praktisi dalam dunia pendidikan tentu mengelus dada, diantara sedih dan marah dengan kejadian ini. Inikah proses dan produk pendidikan di negeri ini? Apa dan bagian mana lagi yang sudah aus dan perlu diganti atau diperbaiki?
Belum lagi kasus ini selesai diatasi, para orang tua dan guru kembali dikejutkan dengan kasus emon yang menelan korban hingga seratus lebih anak, masih dalam kasus yang sama, pelecehan seksual terhadap anak.
Aku sungguh tidak mengerti, harus bagaimana melihat persoalan ini. Rasanya ada sesuatu yang tercekat di tenggorokan dan ada sesuatu yang berat yang menyesakkan dada. Penuh, berat dan sakit. Apalagi membayangkan perasaan orang tua korban, sungguh sakit hati ini.
Tapi yang paling dirugikan adalah anak anak yang menjadi kprban. Trauma psikologis, fisik dan mentalitas anak jelas tidak bisa dianggap remeh. Ini mengenai masa depan anak, masa depan masyarakat dan masa depan bangsa. Tidakkah sering kita mendengar bahwa pelaku kejahatan seksual seperti ini sering mengaku bahwa dirinya dulu adalah korban. Ini bukan sekali dua kali pengakuan seperti ini. Lantas apakah kita akan membiarkan kejadian seperti ini akan terulang lagi? Tentu tidak.
Hal yang paling penting saat ini selain memberikan hukuman yang seberat beratnya para pelaku, juga yangvtak kalah penting adalah recovery para korban. Recovery korban ini perlu dan segera dilakukan. Ini butuh keterlibatan pihak pihak terkait, baik iti psikolog, psikiater, dokter, guru, ustadz,dan orang tua. Dan tentu orang orang terdekat serta seluruh komponen masyaralat harus memberikan dukungan dan perhatian khusus agar mereka tidak merasa rapuh porak poranda. Agar anak anak melupakan itu dan menatap masa depan. Agar anak anak kembali percaya diri. Dan juga pulih kembali kesehatan fisik dan mentalnya.
Saat ini, selain prihatin dan turut berduka atas kasus ini, aku berdoa agar para orang tua korban diberikan kekuatan dan kesabaran dalamenghadapi masalah tersebut. Juga buat adik adikku ,, semoga kalian tetap kuat. Kami selalu mendoakanmu yang terbaik.
Aku juga shock banget pas baca berita itu. Padahal itu sekolah, tempat di mana seharusnya anak-anak berkembang dan belajar dengan baik.... :(
BalasHapusLha iya mas,,, orang tua udah percaya nitipin anaknya agar dididik malah dibegituin,, 😈
HapusAku nga tega baca Kasus di JIS itu mas, serem
BalasHapusIya mbak ely,, ngelus dada :'(
HapusSedih, perlunya peran ortu dlm membesarkan anak. Jangan cuma nitipin dan sibuk dgn pekerjaannya.
BalasHapusBetul mas, anak adalah anugerah termahal dari Tuhan, mestinya anak lebih diutamakan ya,,
Hapuskalo udah kejadian, kan nyesel juga udah telat,, yg ada nyesek di hati
semakin menjamur ya mas kasus-kasus amoral seperti ini, apa karena keseringan di angkat media, trus malah dijadikan contoh orang2 yg sakit mental itu ya..
BalasHapussalam kenal mas Toto.. ditunggu kunbal dan follback nya ya. mkasih..
bisa jadi mbak,, ini akibat udah terlalu dijajah pendidikan kita, jadinya amburadul deh,,
Hapusbtw udah di folback mbak,, makasih ya